Pengetahuan Terlarang: Mengungkap Asal-Usul Demon Goetia

## Pengetahuan Terlarang: Mengungkap Asal-Usul Demon Goetia

Ars Goetia, bagian pertama dari grimoire terkenal The Lesser Key of Solomon (Lemegeton Clavicula Salomonis), memiliki sejarah yang berliku dan misterius. Grimoire ini muncul pertama kali pada abad ke-17, meskipun sebagian besar materinya berasal dari teks-teks yang jauh lebih tua. Seperti banyak buku sihir kuno, The Lesser Key of Solomon mengklaim bahwa penulisnya adalah Raja Solomon sendiri, meskipun klaim ini tidak memiliki dasar historis yang kuat.

Istilah “Goetia” berasal dari kata Yunani Purba γοητεία (goēteía) yang berarti “sihir” atau “silap mata”. Pada Abad Pertengahan dan masa Renaissance Eropa, goetia dianggap sebagai praktik sihir yang jahat dan sesat, berbeda dengan theurgia (theurgy) yang dianggap lebih mulia. Heinrich Cornelius Agrippa, seorang okultis terkenal, dalam bukunya Three Books of Occult Philosophy menulis:

Dalam tradisi okultisme, 72 demon Goetia diyakini sebagai malaikat yang jatuh atau roh-roh yang memberontak terhadap otoritas ilahi. Mereka digambarkan memiliki pangkat dan jabatan dalam hierarki infernal, mirip dengan struktur kerajaan manusia. Menariknya, beberapa demon ini memiliki akar dalam mitologi kuno dari berbagai budaya yang kemudian diubah dan disesuaikan dengan pandangan dunia Kristen abad pertengahan.

Sumber-sumber yang mempengaruhi Ars Goetia sangat beragam, mencakup elemen Yahudi, Kristen, dan Arab. Misalnya, banyak nama demon dalam Goetia dapat ditelusuri kembali ke karya Johann Wier berjudul Pseudomonarchia Daemonum (1577) dan Dictionnaire Infernal karya Collin de Plancy (1818). Namun, beberapa sarjana seperti Gershom Scholem berpendapat bahwa Goetia bukanlah teks Solomonik asli, melainkan “campuran elemen Yahudi, Kristen, dan Arab di mana komponen Kabalistiknya hampir tidak ada.”

Dalam versi Islam, konsep yang mirip dengan demon Goetia adalah jin. Berbeda dengan pandangan Barat yang melihat demon sebagai entitas jahat semata, jin dalam tradisi Islam dipandang sebagai makhluk dengan kehendak bebas yang bisa baik, jahat, atau netral. Perspektif ini menambahkan nuansa pada pemahaman kita tentang entitas supernatural dan mempengaruhi pandangan Eropa tentang demon.

Edisi bahasa Inggris Ars Goetia yang telah direvisi diterbitkan pada tahun 1904 oleh Samuel Liddell MacGregor Mathers dan Aleister Crowley. Versi ini menjadi sangat berpengaruh dalam perkembangan praktik okultisme modern dan menjadi dasar bagi banyak interpretasi kontemporer tentang demon Goetia.

Dalam beberapa interpretasi modern, Goetia dipandang sebagai sistem magis yang mendasar. Dalam mitologi Fate/Grand Order, misalnya, Goetia digambarkan sebagai “original Thaumaturgical Foundation” yang digunakan dalam sihir modern. Solomon diceritakan menanam kutukan genetik dalam Magic Crest 72 garis keturunan magus terpilih, yang menjadi wadah bagi Demon Gods-nya. Meskipun ini adalah interpretasi fiksi, hal ini mencerminkan bagaimana konsep Goetia terus menginspirasi karya-karya kontemporer.

Dalam tradisi okultisme, 72 demon Goetia diyakini disegel oleh Raja Solomon dalam wadah perunggu yang disegel dengan simbol-simbol sihir. Setiap demon memiliki kemampuan unik yang bisa dimanfaatkan oleh pemanggil yang mengetahui cara yang tepat untuk memanggil dan mengendalikan mereka. Misalnya, Asmoday (Asmodai), demon ke-32, digambarkan sebagai Raja Agung yang memiliki tiga kepala (banteng, manusia, dan domba), ekor ular, dan mulut yang mengeluarkan api. Ia mampu mengajarkan aritmatik, astronomi, geometri, dan berbagai keterampilan tangan.

Menariknya, banyak demon Goetia yang digambarkan memiliki harapan untuk kembali ke surga suatu hari nanti. Marchosias, misalnya, digambarkan sebagai iblis berpangkat Marki yang berwujud serigala dengan kepala elang dan ekor ular. Meskipun ia memimpin 30 legiun iblis dan dikenal dengan kemampuan bertarungnya, ia juga “masih berharap akan naik ke surga lagi setelah dikeluarkan dari tatanan kekuasaan malaikat.” Detail ini menambahkan dimensi tragis pada karakter para demon, menunjukkan bahwa mereka tidak sepenuhnya jahat dalam konsepsi aslinya.

Dalam praktik modern, banyak yang melihat demon Goetia bukan sebagai entitas literal, melainkan sebagai simbol atau representasi dari aspek-aspek psikologi manusia. Pendekatan ini, yang populer dalam chaos magick dan psikologi Jungian, menafsirkan pemanggilan demon sebagai cara untuk mengakses dan mengintegrasikan bagian-bagian tersembunyi dari pikiran bawah sadar kita sendiri.

Terlepas dari interpretasi yang dipilih, Ars Goetia tetap menjadi salah satu teks paling berpengaruh dalam sejarah okultisme Barat, menginspirasi generasi praktisi dan penulis selama berabad-abad. Asal-usulnya yang kompleks dan beragam mencerminkan perpaduan tradisi spiritual yang membentuk pemahaman kita tentang alam semesta yang tak terlihat.