Dewa-Dewi dalam Kepercayaan Pagan

Dalam kepercayaan pagan, dewa-dewi memiliki peran sentral sebagai manifestasi kekuatan alam dan aspek kehidupan manusia. Berbeda dengan agama monoteistik, paganisme menganut prinsip “ada Yang Satu di balik segalanya” yang terwujud dalam beragam entitas spiritual yang disebut dewa-dewi. Entitas-entitas ini dipercaya mendiami dunia material dan berinteraksi dengan manusia melalui berbagai cara.

Para penganut Wicca, salah satu bentuk paganisme modern yang paling dikenal, meyakini bahwa dunia ditempati oleh dewa-dewi dengan nama berbeda di setiap budaya. Mereka mengenal figur-figur seperti Ceridwen dan Cernunnos atau Persephone dan Hades dari tradisi Celtic, Sagas dan Eddas dari tradisi Shaman, Isis dan Osiris dari Mesir kuno, serta Aradia dan Apollo dari cerita rakyat Italia.

Dalam tradisi Nordik, para pengikut Asatru memuja dewa-dewi seperti Odin, Thor, dan Freya melalui ritual-ritual yang berhubungan dengan peristiwa penting dalam mitologi mereka[3]. Odin sendiri, yang juga dikenal sebagai Woden, begitu penting hingga namanya diabadikan dalam nama hari Rabu (Wednesday) dalam bahasa Inggris.

Peradaban Romawi kuno memiliki pantheon dewa-dewi yang kompleks, termasuk Bacchus (dewa minuman anggur dan kesenangan), Bellona (dewi perang), Bona Dea (dewi kesuburan dan penyembuhan), Bonus Eventus (dewa personifikasi “Hasil Baik”), dan Bubona (dewi ternak). Tradisi Romawi juga mengenal konsep dewa rumah tangga (household gods) yang bertugas melindungi rumah dan merawat anggota keluarga.

Di tanah Slavia sebelum Kristenisasi, masyarakat menyembah dewa-dewa seperti Svarog (Bapa Alam Semesta), Dazhbog (Dewa Matahari), Perun (Dewa Perang dan Petir), dan Veles (Dewa Pelindung Hewan Ternak). Kepercayaan ini mencerminkan hubungan erat antara masyarakat Slavia dengan alam dan aktivitas sehari-hari mereka.

Konsep dewa yang mati dan bangkit kembali juga umum ditemukan dalam berbagai tradisi pagan. Figur-figur seperti Inanna (juga dikenal sebagai Ishtar) yang dipuja sejak 4000 SM dan Persefone dalam mitologi Yunani, menjalani perjalanan ke dunia kematian dan kembali lagi, melambangkan siklus regenerasi alam.

Dewa-dewi dalam kepercayaan pagan tidak hanya dianggap sebagai entitas yang disembah, tetapi juga sebagai kekuatan yang dapat diakses melalui ritual. Para pendeta dan praktisi pagan dipercaya dapat menerima pesan dari dewa-dewi, dan kehadiran mereka dianggap vital dalam ritual pergantian musim, kesuburan tanah, dan menjaga stabilitas komunitas.

Menariknya, nama-nama hari dalam seminggu yang kita gunakan hingga saat ini memiliki kaitan erat dengan dewa-dewi pagan. Misalnya, hari Kamis dalam bahasa Romawi kuno disebut dies Jovis, yang didedikasikan untuk dewa Jove (Jupiter). Ini menunjukkan betapa mendalam pengaruh kepercayaan pagan terhadap budaya yang kita warisi hingga saat ini.

Dalam praktik pagan modern, pemujaan terhadap dewa-dewi dilakukan melalui ritual yang melibatkan altar, persembahan, dan invokasi. Para praktisi dapat memilih untuk bekerja dengan pantheon tertentu atau mengambil pendekatan eklektik dengan menggabungkan dewa-dewi dari berbagai tradisi sesuai dengan resonansi spiritual pribadi mereka